Jumat, 04 Desember 2015

Sang Elang

  Elang merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya bahkan bisa sampai 70 tahun. Tetapi untuk bisa merasakan umur sepanjang itu, seekor elang harus membuat suatu keputusan yang sangat berat pada umurnya yang ke-40 tahun.
  Jarang yang tahu, ketika elang sudah berumur 40 tahun, ternyata cakarnya mulai menua, paruhnya menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dadanya. Sayapnya juga demikian, menjadi sangat berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga sangat menyulitkan elang ketika terbang. Pada saat itu elang hanya mempunyai 2 pilihan.
  Pilihan pertama, ia pasrah dengan keadaan dan kelemahannya itu. Pilihan kedua, ia berjuang untuk melalui suatu proses transformasi yang sangat menyakitkan selama 150 hari. Pilihan pertama risikonya tentu saja ia akan menjadi mahluk lemah yang hidupnya tinggal menunggu kematian. Pilihan kedua, ia menjadi mahluk dengan kekuatan baru, sehingga mempunyai peluang untuk menjadi lebih kuat, lebih tangguh, dan hidup lebih lama lagi.
  Bagaimana elang mengalami proses transformasi itu? Sungguh penuh perjuangan. Elang harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung untuk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses transformasi berlangsung. Pertama-tama elang harus mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dari mulutnya. Ia kemudian berdiam beberapa lama menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yang baru tumbuh itu, ia pun mencabut satu persatu cakarnya. Dan ketika cakar yang baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Sebuah proses yang panjang dan sangat menyakitkan.
  Lima bulan kemudian, bulu-bulu elang yang baru sudah tumbuh. Kini, elang mulai bisa terbang kembali. Dengan paruh, sayap, dan cakar yang baru, elang mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi. Dan sang elang itupun kini tak lagi bernama elang. Ia lebih dikenal sebagai burung rajawali.
  Seperti sang elang, begitu jugalah kehidupan manusia. Penuh dengan pilihan. Kita berhak memilih jadi orang baik atau buruk, pahlawan atau pecundang, sukses atau gagal. Kita diberi pilihan oleh Tuhan untuk menjadi super atau kuper, hero atau zero, something atau nothing.  Setiap pilihan mengandung risiko masing-masing. Ketika kita memutuskan memilih yang pertama, kita harus bersiap dengan kehidupan yang melelahkan, penuh perjuangan, sakit, dan kesiapan untuk pantang menyerah. Di dunia ini tak ada sukses yang diraih dengan gratis. Kita harus siap untuk membayar harga sebuah kesuksesan. Dan semua risiko itulah harganya.

Sumber : Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati / Karya: Ahmad Rifa’i Rif’an


Tidak ada komentar:

Posting Komentar