Jumat, 11 Desember 2015

Mendamba Kematian Yang Indah

  Memang, dalam beberapa ayat al-Qur’an pernah menyifati kematian sebagai musibah. Sebagaimana disebut dalam surah al-Maidah 106 sebagai mushiibatul mauut atau musibah kematian. Tetapi agaknya istilah ‘musibah’ ini lebih banyak ditujukan kepada manusia yang durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggalkan. Artinya, kematian dapat menjadi musibah bagi mereka yang mati tanpa membawa bekal yang cukup untuk hidup di alam baka, sekaligus dianggap musibah oleh orang-orang yang ditinggalkan.
  Namun, beberapa kali al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kematian bisa menjadi sebuah kenikmatan bagi manusia. Karena melalui kematian, manusia bisa meraih keadilan hakiki. Manusia bisa merasakan ganjaran yang diberikan oleh Allah atas kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya selama hidup di dunia. Melalui kematian, manusia bisa merasakan kenikmatan semenjak di alam barzakh, hingga kelak ketika menginjakkan kaki di pelataran surga.
  Dengan kematian manusia mulai terbebas dari segala kewajiban selama di dunia yang sungguh kadang terasa melelahkan. Kematian adalah istirahat bagi orang-orang beriman. Sebagaimana Allah berfirman, 

“Kesenangan di dunia ini hanya sebentar, sedang akhirat lebih baik bagi orang-orang bertaqwa, dan kamu sekalian (yang bertaqwa dan yang tidak) tidak akan dizalimi sedikitpun.” (QS. An-Nisa : 77) .
  
  Lebih seribu tahun yang lalu, di tengah-tengah sahara, pada hari Asyura, Imam Husein berkata kepada para sahabatnya, “Bersabarlah kalian wahai putra-putra yang mulia. Kematian hanyalah jembatan agar kalian menyeberang dari keburukan dan kesengsaraan ke surga yang luas, kenikmatan yang abadi. Siapakah diantara kalian yang tidak mau berpindah dari penjara ke istana? Sedangkan menurut musuh-musuhmu, kematian hanyalah perpindahan dari istana ke penjara dan azab. Sesungguhnya ayahku menyampaikan kepadaku dari Rasulullah SAW, bahwa dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir. Kematian adalah jembatan bagi mereka ke surga dan jembatan bagi mereka yang lain ke neraka.”
  Bahkan menurut Prof. Quraisy Shihab, kematian merupakan nikmat bukan saja dalam kehidupan ukhrawi nanti, tetapi juga dalam kehidupan duniawi, karena tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan dunia kita yang terbatas arealnya ini, jika seandainya semua manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami kematian.
  Raghib al-Isfahani dalam kitab Abdul Karim Al-Khatib, mengungkapkan, “Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya roh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain. Sesungguhnya kalian diciptakan untuk hidup abadi.”
  Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu yang buruk, karena disamping mendorong manusia untuk meningkatkan pengabdiannya dalam hidup di dunia ini, juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati. Allah menjanjikan kebahagiaan bagi mereka yang beriman kepada-Nya.


Sumber : Hidup Sekali, Berarti, Lalu Mati / Karya: Ahmad Rifa’i Rif’an

Tidak ada komentar:

Posting Komentar