Memang, dalam beberapa ayat al-Qur’an pernah menyifati kematian sebagai
musibah. Sebagaimana disebut dalam surah al-Maidah 106 sebagai mushiibatul mauut atau musibah kematian.
Tetapi agaknya istilah ‘musibah’ ini lebih banyak ditujukan kepada manusia yang
durhaka, atau terhadap mereka yang ditinggalkan. Artinya, kematian dapat
menjadi musibah bagi mereka yang mati tanpa membawa bekal yang cukup untuk hidup
di alam baka, sekaligus dianggap musibah oleh orang-orang yang ditinggalkan.
Namun, beberapa kali al-Qur’an juga menjelaskan bahwa kematian bisa
menjadi sebuah kenikmatan bagi manusia. Karena melalui kematian, manusia bisa
meraih keadilan hakiki. Manusia bisa merasakan ganjaran yang diberikan oleh
Allah atas kebaikan-kebaikan yang dikerjakannya selama hidup di dunia. Melalui
kematian, manusia bisa merasakan kenikmatan semenjak di alam barzakh, hingga
kelak ketika menginjakkan kaki di pelataran surga.
Dengan kematian manusia mulai terbebas dari segala kewajiban selama di
dunia yang sungguh kadang terasa melelahkan. Kematian adalah istirahat bagi
orang-orang beriman. Sebagaimana Allah berfirman,
“Kesenangan di dunia ini
hanya sebentar, sedang akhirat lebih baik bagi orang-orang bertaqwa, dan kamu
sekalian (yang bertaqwa dan yang tidak) tidak akan dizalimi sedikitpun.” (QS.
An-Nisa : 77) .
Lebih seribu tahun yang lalu, di tengah-tengah sahara, pada hari Asyura,
Imam Husein berkata kepada para sahabatnya, “Bersabarlah kalian wahai
putra-putra yang mulia. Kematian hanyalah jembatan agar kalian menyeberang dari
keburukan dan kesengsaraan ke surga yang luas, kenikmatan yang abadi. Siapakah
diantara kalian yang tidak mau berpindah dari penjara ke istana? Sedangkan
menurut musuh-musuhmu, kematian hanyalah perpindahan dari istana ke penjara dan
azab. Sesungguhnya ayahku menyampaikan kepadaku dari Rasulullah SAW, bahwa
dunia itu penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir. Kematian adalah
jembatan bagi mereka ke surga dan jembatan bagi mereka yang lain ke neraka.”
Bahkan menurut Prof. Quraisy Shihab, kematian merupakan nikmat bukan
saja dalam kehidupan ukhrawi nanti, tetapi juga dalam kehidupan duniawi, karena
tidak dapat dibayangkan bagaimana keadaan dunia kita yang terbatas arealnya
ini, jika seandainya semua manusia hidup terus-menerus tanpa mengalami
kematian.
Raghib al-Isfahani dalam kitab Abdul
Karim Al-Khatib, mengungkapkan, “Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya
roh dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia menuju kenikmatan abadi.
Kematian adalah perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain. Sesungguhnya
kalian diciptakan untuk hidup abadi.”
Demikian terlihat bahwa kematian dalam pandangan Islam bukanlah sesuatu
yang buruk, karena disamping mendorong manusia untuk meningkatkan pengabdiannya
dalam hidup di dunia ini, juga merupakan pintu gerbang untuk memasuki
kebahagiaan abadi, serta mendapatkan keadilan sejati. Allah menjanjikan
kebahagiaan bagi mereka yang beriman kepada-Nya.
Sumber : Hidup Sekali, Berarti,
Lalu Mati / Karya: Ahmad Rifa’i Rif’an
Tidak ada komentar:
Posting Komentar