Jumat, 18 Desember 2015

Beginilah Ketika Umar Masuk Islam

  Ketika Muhammad SAW mengumumkan kenabiannya, umur Umar 27 tahun. Karena keponakannya, Zaid, membuat keluarga Umar tak asing dengan dasar-dasar tauhid. Selain itu, Sa’id, putra Zaid, yang menyeru orang-orang ke dalam agama Ibrahim telah menikah dengan saudara perempuan Umar, Fatimah, dan keduanya memeluk Islam. Sa’id berhasil meyakinkan Fatimah sehingga keduanya menerima Islam. Seorang tokoh terkemuka dari keluarga yang sama, yaitu Nu’aim bin Abdullah, juga telah menjadi Muslim.
  Namun, Umar sendiri selain belum menerima agama baru ini, dia juga telah memutuskan bahwa orang-orang Islam adalah musuh yang kejam.
  Ketika mengetahui bahwa budak wanita di rumahnya yang bernama Labinah telah masuk ke dalam agama baru, dia mulai melakukan penyiksaan yang tidak biasa. Labinah telah membuat kemarahannya memuncak. Umar memukuli wanita ini hingga kelelahan. Jika kemudian beristirahat sejenak dari menyiksanya, dia berkata, “Biarkan aku sedikit menarik nafas, lalu kamu akan kupukuli lagi!” Siapapun yang sampai ke tangannya, dia akan diperlakukan dengan cara yang sama seperti itu.
  Meskipun demikian, siksaan yang dilakukan Umar tidak mengubah agamanya. Dengan demikian, Umar faham bahwa tidak seorangpun yang dapat mengeluarkannya dari agamanya. Umar yang sangat marah memutuskan untuk melenyapkan orang yang dianggapnya sebagai pendiri agama baru ini yaitu Muhammad dari muka bumi. Umar keluar dari rumah dengan keputusan dan niat ini sambil membawa senjata.
  Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah di tengah jalan. Nu’aim merasakan kemarahan yang ada di wajahnya. Dia pun menanyakan tujuan kepergiannya. Ketika Umar menjelaskan niatnya, Nu’aim berkata kepadanya, “Lihatlah keluargamu terlebih dulu! Saudara perempuan dan iparmu telah masuk Islam.”
  Umar yang mendengar kabar ini langsung mengubah jalan dan menuju rumah Fatimah. Ketika Umar telah dekat rumah yang ditujunya, Fatimah sedang membaca al-Qur’an. Karena ragu-ragu dengan orang yang datang, dia pun segera menyembunyikan lembaran yang dibacanya. Tapi, Umar telah terlanjur mendengar bacaannya. Umar bertanya padanya apa yang ia baca. “Tidak ada,” jawab Fatimah, “Tidak ada apa-apa!” Umar yang sedang benar-benar marah berkata, “Kamu tak bisa menyembunyikan sesuatu dariku. Aku sudah tahu semuanya. Aku telah mendengar bahwa kalian berdua telah tersesat!” Dia pun mulai memukuli adik iparnya. Fatimah yang mencoba melerainya, juga dipukuli. Akhirnya, Fatimah berteriak kepadanya, “Umar! Apapun yang ingin kau lakukan kepada kami, lakukanlah! Kau tidak akan pernah bisa mengeluarkan kami dari agama kami!”
  Umar benar-benar merasa heran dengan tekad mereka. Ia tersentuh karena melihat ada darah di wajah Fatimah. Dia terdiam dan meneteskan air mata. “Tunjukkan apa yang kalian baca,” katanya. Fatimah pun menunjukkan lembaran al-Qur’an yang ditulis di atas potongan kulit kepada Umar. Umar pun mulai membacanya.

Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.  Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan. Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya (amanah). Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang besar. (QS. Al-Hadid : 1-7)

  Ketika sampai pada kalimat “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya...” Umar seketika mengucapkan kalimah syahadat.
  Waktu itu, Nabi tengah berada di rumah Arqam di bukit Shafa. Umar datang dan mengetuk pintu. Para sahabat yang melihatnya bersenjatakan sebuah pedang tajam menjadi khawatir. Mereka tidak tahu bahwa Umar telah masuk Islam. Sementara itu, Hamzah yang sedang bersama Rasulullah berkata, “Biarkan ia datang. Jika datang dengan niat baik, itu bagus. Namun, jika datang dengan niat jelek, niscaya aku akan memotong kepalanya dengan pedangnya sendiri.”
  Hamzah pun segera memegang kerah pakaian Umar yang masuk ke dalam rumah dan mencoba mendekati Rasulullah.
“Umar! Kami ingin tahu alasan kedatanganmu!” katanya.
  Umar yang tersentuh dengan suara Nabi dan pertanyaannya, dengan penuh penyerahan diri menjelaskan, “Aku datang ke sini untuk menjadi seorang Muslim!” Rasulullah mendengar jawaban Umar, kemudian bersuara dengan keras, “Allahu Akbar!” Semua sahabat juga mengikuti. Semua gunung dan bukit Mekah menggema dengan suara ini.
  Peristiwa ini mewujudkan satu titik perubahan dalam sejarah Islam. Sampai dengan saat itu, jumlah orang-orang Muslim tidak lebih dari 40-50 orang. Ada seorang pahlawan terkenal Arab dan pemimpin para syuhada, yaitu Hamzah, di dalam barisan mereka. Namun demikian, orang-orang Muslim masih tak bisa melakukan ibadah dengan terang-terangan. Beribadah di Ka’bah sangatlah tidak mungkin.
  Situasi seketika berubah total setelah Umar menerima Islam. Umar tak menyembunyikan dirinya yang telah masuk Islam dari orang-orang penyembah berhala yang ada di sekitarnya. Ia justru mengumumkannya pada semua orang. Ketika menghadapi beberapa serangan sebagai reaksi dari sikapnya, dia tetap mengencangkan dadanya dari semua itu. Akhirnya pada satu hari, dia bersama-sama kaum Muslimin lainnya shalat berjemaah di Ka’bah.
  Ibnu Hisyam telah mencatat peristiwa ini sebagaimana dituturkan Abdullah bin Mas’ud (Ibnu Mas’ud) seperti berikut:
“Setelah menjadi Muslim, Umar selalu berkelahi dengan orang Quraisy sampai dia memenangkan perjuangannya. Bahkan dia mengerjakan shalat di Ka’bah. Dan, kami pun ikut shalat bersamanya.”
  Umar masuk Islam bertepatan dengan tahun ke-6 kenabian.


Sumber : Best Story of UMAR BIN KHATHTHAB / Karya: Syekh Maulana Shibli Nu’mani    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar