dari : fickr.com
Bangsa Arab mengenal waktu adalah
pedang. Sedangkan bangsa Barat menetapkan waktu adalah uang. Dan sebagaimana
yang terjadi di masa kini, basis penetapan nilai akan sesuatu yang diwujudkan
dalam bentuk uang bergantung pada durasi waktu.
Contoh sederhana, seseorang ingin menghubungi keluarganya menggunakan
handphone, maka berapa pulsa yang dibutuhkan bergantung pada berapa lama ia
berbicara.
Demikian pula dalam hal konsultasi dengan pakar, semua berbasis waktu.
Satu jam sekian, satu hari sekian, dan seterusnya. Prinsipnya waktu adalah
penentu.
Akan tetapi, ada yang mungkin terlewat dari bahasan umat Islam, yaitu
tentang betapa pentingnya waktu-waktu langit. Waktu-waktu yang tidak mungkin
bisa dipahami oleh seorang manusia pun, melainkan bersumber pada ajaran Islam.
Waktu-waktu langit yang dimaksud adalah waktu Fajar, Dhuha, Dzuhur,
Ashar, Maghrib, Isya’, dan Lail (malam hari). Dan Allah tidak jarang dalam
penekanannya terhadap sesuatu yang urgen menggunakan sumpah-Nya dengan waktu.
Menariknya, waktu-waktu langit itu sangat berkorelasi dengan perubahan
kondisi cahaya di langit. Waktu fajar misalnya, yang Allah juga jadikan sumpah
dalam surat al-Fajr ayat pertama, adalah waktu perubahan langit dan alam secara
drastis, yakni hilangnya kegelapan dan bermulanya cahaya terang benderang.
Dengan kata lain, waktu fajar adalah waktu urgen yang umat Islam mesti
memanfaatkannya dengan baik. Apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan di
waktu fajar?
Pertama, bangun lebih dini.
Siapa tidur di waktu fajar, besar kemungkinan matahari akan mendahului jadwal
bangun seseorang.
Mengingat waktu ini adalah waktu dimana malaikat malam dan siang
berkumpul, maka Rasulullah SAW pun memberikan keteladanan setiap hari dengan
bersegera tidur di awal malam. Amalan tersebut membuktikan badan Rasulullah SAW
lebih sehat, dan shalat di waktu fajar bisa dilaksanakan secara maksimal.
Kemudian, bagi yang memiliki jiwa pembelajar, bangun lebih awal akan
memungkinkannya memiliki waktu cukup untuk taqarrub dan tadabbur hingga tiba
waktu fajar, sehingga pagi hari baginya adalah masa dimana iman dan ilmunya
terjaga, bahkan terasah dan kian menguat. Terlebih jika waktu tersebut juga
diisi dengan memohon ampunan kepada-Nya.
Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah). (QS. Adz-Dzariyaat : 18).
Dari sisi kesehatan, muslim yang biasa mengisi waktu fajar akan memiliki
beberapa keuntungan. Mulai dari adanya space waktu untuk bisa berolahraga,
belajar hingga menyiapkan hal-hal penting, terutama sarapan pagi, sehingga
tidak ada istilah tidak sempat sarapan.
Selain itu, bangun lebih pagi ternyata menghindarkan seseorang dari
serangan depresi. Sebuah studi di Jerman pada tahun 2013 menyebutkan bahwa
mereka yang cenderung tidur terlalu larut dan sulit bangun pagi memiliki risiko
depresi yang tinggi.
Kedua, shalat sunnah Fajar.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud shalat sunnah Fajar adalah
shalat sunnah qabliyah, yang keutamaannya (sekalipun sunnah) menegaskan segala
macam kebanggaan manusia akan kekayaan alam semesta.
Dua rakkat Fajar lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. muslim).
Untuk memotivasi umatnya, Rasulullah pun tidak pernah mau ketinggalan
mengerjakan shalat sunnah Fajar ini.
Nabi tidaklah menjaga shalat sunnah yang lebih daripada menjaga shalat
sunnah dua rakaat sebelum Subuh. (HR.
Muslim).
Ini baru uraian tentang satu saja dari waktu-waktu langit yang ada.
Bagaimana jika seluruh waktu-waktu langit itu diisi sesuai dengan apa yang
Allah dan Rasul-Nya syariatkan? Lail (waktu malam) misalnya, sungguh ada
keutamaan yang tidak Allah berikan di waktu lainnya.
Oleh karena itu, siapa mengatur dirinya dengan waktu-waktu langit,
niscaya tidak akan banyak masalah atau keluhan dalam hidupnya.
Sungguh dampak paling nyata pun, berupa kesehatan, kecerdasan dan
kebahagiaan akan memancar dalam kehidupan. Oleh karena itu, masihkah kita akan
bermain-main dengan waktu. Padahal Allah telah jelaskan jenis-jenis waktu dan
bagaimana memanfaatkannya agar bahagia dunia akhirat?
Sumber : hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar