Walid ibn Mughirah, Umayyah ibn
Khalaf, dan al-‘Ash ibn Wail telah membelanjakan hartanya untuk memerangi
risalah dan melawan kebenaran.
Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi
mereka, dan mereka akan dikalahkan. (QS.
Al-Anfal : 36)
Namun kebanyakan kaum muslimin justru kikir dengan harta mereka,
sehingga tidak terbangun menara keutamaan dan tugu keimanan.
Dan barangsiapa yang kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya
sendiri. (QS. Muhammad : 38)
Demikianlah gambaran tekad kuat para durjana dan kelemahan orang-orang
yang bisa dipercaya.
Dalam memoar Golda Mayer, mantan PM Israel yang berjudul Malice, disebutkan bahwa dalam satu fase
hidupnya dia harus bekerja selama 16 jam tanpa istirahat demi memperjuangkan
prinsip-prinsipnya yang sesat dan pikiran-pikirannya yang menyimpang itu,
hingga akhirnya berhasil melahirkan negara Israel bersama-sama dengan Ben
Gurion.
Saya sendiri sering menyaksikan generasi kaum muslimin yang sama sekali
tidak pernah berbuat, meski hanya satu jam. Mereka larut dalam main, makan,
minum, tidur, dan menghabiskan waktu percuma.
Apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: “Berangkatlah (untuk
berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?
(QS. At-Taubah : 38)
Umar adalah sosok yang sangat giat bekerja siang malam. Dia hanya
menyempatkan tidur sebentar. Sampai-sampai keluarganya menegurnya, “Engkau
tidak tidur?”
Tapi teguran itu dijawab oleh Umar, “Jika aku tidur di malam hari maka
sia-sialah diriku, dan jika aku tidur di siang hari maka sia-sialah rakyatku.”
Dalam memoar seorang tiran, Moses Dayan, yang berjudul The Sword and Rule dituliskan bahwa dia
harus terbang dari satu negara ke negara lain, dari kota satu ke kota lain,
siang dan malam, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, harus menghadiri
berbagai pertemuan, mengadakan konferensi, mengatur kesepakatan dan perjanjian
dan tak lupa menulis dalam catatannya. Sayang sekali memang, orang seperti dia
justru bisa menunjukkan keuletan seperti ini. Sebaliknya, kebanyakan kaum
muslimin justru menunjukkan kemalasannya. Inilah gambaran nyata tentang tekad
orang durjana dan kelemahan orang-orang yang bisa dipercaya.
Umar ibn Khaththab telah menyatakan “perang” terhadap semua bentuk
pengangguran, kemalasan, dan ketidakgiatan. Bahkan Umar pernah menarik keluar
para pemuda yang diam di dalam masjid dan tidak melakukan apa-apa. Umar
memukuli mereka dan berkata, “Keluar kalian, cari rezeki! Langit tidak akan
menurunkan emas dan perak.”
Kemalasan dan ketidakgiatan hanya akan melahirkan pikiran-pikiran yang
negatif, kesengsaraan, penyakit kejiwaan, kerapuhan jaringan syaraf, keresahan,
dan kegundahan. Sedangkan kerja dan semangat akan mendatangkan kegembiraan,
suka cita, dan kebahagiaan.
Segala kecemasan, keresahan, kegundahan, syaraf dan jiwa, serta
penyakit-penyakit intelektual akan berakhir bila masing-masing kita menjalankan
peranannya dalam hidup ini. Sehingga, semua lapangan kerja menjadi ramai.
Pabrik-pabrik menjadi produktif, tempat-tempat kerja akan sibuk, lembaga-lembaga
sosial dan dakwah dibuka kembali, serta pusat-pusat kegiatan budaya dan ilmiah
marak dimana-mana. Firman Allah,
“Katakanlah: ‘Bekerjalah kamu sekalian’.”
“Menyebarlah di permukaan bumi.”
“Bersegeralah.”
“Cepat-cepatlah.”
Juga sabda Rasulullah,
“Sesungguhnya nabi Allah Daud makan dari
hasil kerja tangannya.”
Al-Rasyid pernah menulis
buku yang berjudul Shina’atul Hayat
(Merancang Kehidupan). Dalam bukunya ia mengupas banyak tentang masalah ini dan
menyebutkan bahwa banyak orang yang tidak memainkan peran yang seharusnya
mereka perankan dalam kehidupan ini.
Mereka hidup, tapi seperti orang yang sudah mati. Mereka tidak menangkap
apa rahasia dibalik kehidupan mereka. Mereka tidak melakukan yang terbaik untuk
masa depan, umat, maupun diri mereka sendiri.
Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang. (QS. At-Taubah : 87,93)
Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang)
yang tidak mempunyai udzur dengan orang yang berjihad di jalan Allah. (QS. An-Nisa : 94)
Seorang perempuan kulit
hitam yang menyapu masjid Rasulullah telah memainkan perannya dalam kehidupan.
Dan dengan peran yang dimainkan itu dia masuk surga.
Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik
walaupun dia menarik hatimu. (QS.
Albaqarah : 221)
Demikian pula budak yang
membuat mimbar Rasulullah, telah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia
memperoleh pahala atas apa yang dilakukan, karena memang bakatnya di bidang
pertukangan.
Orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar
kesanggupannya. (QS. At-Taubah : 79)
Ada 2 do’a agung dan bermanfaat bagi siapa saja yang menginginkan agar
semua permasalahannya dimudahkan serta jiwanya dikuatkan untuk menghadapi semua
kejadian yang menimpa.
Pertama, Hadits Ali yang menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda,
“Katakanlah: ‘Ya Allah, berilah aku hidayah
dan lancarkan perkaraku’.” (HR.
Muslim)
Kedua, hadits Husein ibn Abied
dari Abu Daud, Rasulullah berkata kepada Husein,
“Katakanlah: ‘Ya Allah, berilah saya petunjuk jalan, dan jagalah
diriku dari kejahatan diriku sendiri’.”
Menggantungkan diri kepada kehidupan dunia, merindukan kehidupan kekal
di dunia, lebih mencintai kehidupan dunia, dan keengganan menghadapi kematian
akan menyebabkan kesengsaraan, kesesakan di dalam dada, kelemahan, kecemasan,
sulit tidur, dan kedunguan. Allah SWT mencela orang-orang Yahudi yang terlalu
menggantungkan diri pada kehidupan dunia. Allah berfirman,
Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba pada
kehidupan (dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang
itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya dari siksa. Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka kerjakan. (QS.
Al-Baqarah : 96)
Sungguh indah ungkapan
orang Arab, “Tidak ada keresahan, dan Allah akan senantiasa diseru.” Maksudnya,
di sana ada Rabb di langit yang selalu diseru dengan doa-doa dan dimintakan
kebaikan. Tetapi mengapa anda harus bersedih di muka bumi? Bila anda telah
menyerahkan keresahan kepada Rabb-mu, maka Dia pasti akan menghilangkannya.
Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berbo’a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan? (QS. An-Naml : 62)
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang
berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku. (QS.
Al-Baqarah : 186)
Sumber : La Tahzan / Karya: Dr. ‘Aidh al-Qarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar