Segala sesuatu selalu diciptakan
berpasang-pasangan. Pada abad ke-19 yang lalu ilmuwan Inggris, Paul Dirac
mempopulerkan istilah “parite” dan
untuk itu dia memperoleh hadiah Nobel di bidang Fisika. “Parite” adalah istilah yang bermakna bahwa seluruh benda yang ada
di alam semesta sampai partikel terkecil yang tak terlihat kasat mata, ternyata
mempunyai pasangan.
Berabad-abad sebelum Paul Dirac melakukan riset dan menyimpulkan
demikian, Allah SWT telah memberitahukan Nabi kita melalui firman-Nya :
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu
mengingat akan kebesaran Allah. (QS.
Adz-Zaariyat : 49).
Malam berpasangan dengan siang, hitam dengan putih, baik dengan buruk,
tinggi dengan rendah, laki-laki dengan perempuan, ganjil dengan genap. Segala
sesuatu pasti ada pasangannya.
Adakah sesuatu yang tidak berpasangan di dunia ini?
Dalam konteks nilai suatu pasangan, tidak selalu bermakna antagonis.
Seperti baik dengan buruk, siang dengan malam, atau mancung dengan pesek dan
lain-lain.
Banyak bentuk pasangan yang bukan antagonis antara satu dengan
pasangannya, tapi lebih kepada saling melengkapi untuk menjadi keharmonisan.
Hal itu dapat kita lihat pada pasangan genap dengan ganjil, istimewa dengan
sempurna, demikian seterusnya.
Pemahaman ini perlu diperjelas dulu sebelum kita melanjutkan bahasan
kita tentang tema di atas.
Ketika kita menggunakan kata wanita bukan perempuan, maka sementara ini
kita pahami saja dulu bahwa semua kata selalu mengandung makna. Masing-masing
pilihan kata mempunyai makna sesuai konteksnya, tanpa menggugurkan yang lain.
Biarlah semuanya menjadi kosakata dan khazanah kata kita.
Ketika kita ingin mengelompokkan antar pasangan dan hubungan antara satu
dengan yang lainnya, baik hubungan sininom atau hubungan antonim, maka kita
dapat mengelompokkan genap dengan sempurna dan mengelompokkan ganjil dengan
istimewa atau unik.
Allah SWT menciptakan bumi lebih dahulu sebelum pria (Adam) diciptakan.
Kemudian Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuknya, dan Hawa menjadi pasangan
hidupnya yang menetap di Surga. Pasangan laki-laki dengan perempuan atau pria
dan wanita. Bumi yang dihuni oleh lebih dari 6,3 milyar orang, kemudian menjadi
hamparan yang disiapkan untuk manusia setelah Allah keluarkan Adam dan Hawa dari Surga akibat
melanggar perintah Allah. Setelah diterima tobatnya Adam dan Hawa, mereka
ditempatkan di bumi yang terhampar luas hingga akhirnya pasangan tersebut Allah
pertemukan kembali dan kemudian berketurunan dan menjadi nenek moyang seluruh
manusia, tanpa kecuali.
Nalar kita mengatakan bahwa Hawa tercipta dari salah satu rusuk Adam
yang paling bengkok, maka jumlah rusuk Adam menjadi ganjil dibanding dengan
jumlah rusuk Hawa yang masih sempurna jumlahnya. Kesempurnaan jumlah rusuk ini
dapat kita anonimkan dengan jumlah yang genap. Sementara jumlah rusuk Adam yang
sudah berkurang, maka kita dapat anonimkan dengan ganjil. Dengan jumlah tulang
rusuk yang ganjil ini, pria tetap memiliki keistimewaan dibandingkan dengan
wanita.
Wanita yang sempurna jumlah tulang rusuknya menjadi makhluk yang eksis
dengan segala kesempurnaan penciptaan. Kesempurnaan fisik wanita mengundang
para penyair dan sastrawan mengungkapkan pujiannya terhadap wanita. Ribuan
bahkan mungkin jutaan bait syair dibuat untuk memuji dan mengekspresikan nilai
kesempurnaan seorang wanita. Belum lagi para seniman yang selalu menjadikan
wanita sebagai obyek karya seninya (terlepas dari etika, moral, dan adab).
Ribuan karya sastra lahir dari para sastrawan sebagai ekspresi atas
kesempurnaan wanita sebagai makhluk ciptaan Allah.
Pria tercipta dengan kegagahan dan keperkasaan. Pria diciptakan untuk
berjuang demi keluarga. Ia berjuang untuk masyarakatnya. Berjuang untuk
bangsanya. Dia juga berjuang untuk agamanya. Dialah laki-laki yang tercipta
untuk berjuang dan untuk berkorban. Suatu penciptaan yang unik dan istimewa,
hingga para malaikat diperintahkan Allah untuk bersujud menghormatinya. Pria
inilah yang menjadi pasangan wanita. Wanita yang tercipta dengan segala
kesempurnaannya. Yang sempurna berpasangan dengan sosok yang Allah istimewakan
karena beban dan amanah yang berani dipikul dan diemban di dunia ini.
Mengalahkan makhluk Allah yang lain, meski Allah selalu mengingatkan manusia
bahwa dia adalah makhluk yang berpotensi berbuat kedzaliman dan kebodohan.
Itulah keistimewaan dan keunikan pria.
Perjuangan dan pengorbanan laki-laki menimbulkan kekaguman kaum wanita.
Kekaguman ini akan menjadi lebih besar ketika didukung dengan postur tubuhnya.
Puluhan, ratusan, bahkan ribuan wanita
mengidolakan pahlawannya. Mengidolakan pria, sang pahlawan. Dialah
laki-laki yang berjuang dan berkorban bukan untuk siapa-siapa. Lelaki yang
berjuang untuk kebahagiaan keluarga. Ia berjuang dan berkorban untuk bangsanya.
Pria diciptakan Allah untuk berjuang dan berkorban. Di atas pundaknyalah
Allah mewajibkan jihad melawan musuh-musuhnya. Jangan tanyakan tentang
keikhlasan padanya. Tidak ada makhluk yang paling ikhlas dalam memberi selain
dari kaum lelaki. Inilah keunikan dan keistimewaannya.
Karena fitrahnya ganjil dan itu adalah bentuk dari pengorbanan laki-laki
bagi hidup dan kehidupannya. Secara fitrah, laki-laki siap untuk berkorban
dengan memberikan sesuatu yang ia miliki. Fitrah telah mengajarkannya demikian.
Jadi jangan tanyakan tentang ketulusan, karena laki-laki lebih tulus dibanding
perempuan ketika memberi. Di sisi lain, ruang kosong pada penciptaannya
manjadikan dia makhluk yang lemah. Allah menyebutnya dengan sebutan “kabad”.
Sesunggunya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. (QS. Al-Balad
: 4).
Manusia juga disifati dengan sifat “halu’a”.
Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat keluh kesah lagi kikir. (QS. Al-Maarij : 19).
Bandingkan dengan wanita ketika memberi. Seberapa besar keikhlasan dan
ketulusannya? Jangan menuntut lebih pada wanita untuk melakukan seperti yang
dilakukan pria dalam hal memberi, berjuang dan berkorban. Wanita tidak dapat
melupakan kebaikan dan pengorbanan yang pernah ia lakukan. Wanita tidak dapat
melupakan jumlah uang yang ia pinjamkan, bahkan mungkin kepada suaminya. Karena
wanita memang diciptakan bukan untuk memberi dan berkorban untuk pria, kecuali
alasan cinta yang mampu merubahnya. Laki-laki mempunyai tempat istimewa di hati
istrinya. Maju mundurnya kehidupan ada pada pundak laki-laki.
Emosi dan ketahanan wanita relatif lebih baik dibanding laki-laki.
Fisiknya menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah, simetris dan proporsional
dalam kadar yang relatif lebih banyak dibanding pria. Dia diciptakan untuk
menenangkan laki-laki. Menenangkan suaminya, menenangkan anak-anaknya, bahkan
menenangkan ayahnya. Ingatlah sirah Nabi Muhammad SAW, ketika Fatimah
menghibur dan menenangkan ayahnya, Muhammad saat membersihkan kotoran yang
dilemparkan kaum Quraisy kepada Muhammad sambil menangis. Tangisan yang mampu
menghibur dan menenangkan Muhammad SAW.
Laki-laki selalu ingin berpetualang seakan ingin mencari tulang rusuknya
yang hilang. Mencari pasangan untuk ketenangan hidupnya. Tuntutan alam yang
menjadikan laki-laki senang berpetualang dan menantang bahaya agar dirinya
eksis sebagai tulang punggung kehidupan. Tulang punggung keluarga, bahkan
menjadi tulang punggung negara yang siap maju di medan pertempuran membela dan
mempertahankan kehormatan bangsa dan agama. Dia menjadi kuat dan perkasa,
semakin istimewa di hati istrinya atau para pengagum rahasia yang menanti
takdir yang mungkin menyatukannya.
Ruang kosong pada jiwa manusia lebih ditemukan pada laki-laki
dibandingkan pada wanita. Jangan sampai laki-laki mengalami kesedihan, karena
sedih akan membawanya pada kegundahan dan kelemahannya akan menghancurkannya.
Wanita relatif lebih kuat dalam konteks menjadi sumber kehidupan dan
melahirkan kehidupan. Darinya manusia berkembang biak dan darinya manusia
dibina dan dididik untuk melanjutkan semangat perjuangan orang tuanya. Dia
sempurna untuk melakukan tugas mulia itu, menjadi madrastul ummah, menjadi sekolah bangsa. Bahkan dalam posisi single
parent pun, wanita relatif lebih berhasil dibandingkan dengan pria. Wallahu
a’lam.
Sumber : dakwatuna.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar