Kamis, 14 Januari 2016

3 Langkah Bahagia Hidup Sepanjang Hari

  Setiap manusia mendamba kebahagiaan. Dan, untuk kebahagiaan itu Allah menurunkan para Nabi dan Rasul agar dijadikan teladan lengkap dengan al-Qur’an sebagai panduan.
  Namun, sekalipun manusia bisa memahami dengan baik bahwa sebuah motor merk A tidak bisa diperbaiki kecuali sebagaimana panduan dari produsen motor merk A. Kebanyakan manusia gagal memahami bahwa tidak ada jalan untuk menggapai bahagia melainkan sebagaimana panduan dari Yang Maha Mencipta.
  Semua itu terjadi karena manusia sebagaimana diungkapkan pepatah Arab, “Kebanyakan manusia adalah anak dari kemauannya.” Cenderung memilih memuaskan nafsu daripada mendapatkan ketenangan. Condong memperturutkan ambisi daripada hati nurani. Dan lebih memilih kesenangan daripada keimanan.
  Padahal, andaikata apa yang dilakukan para Nabi dan Rasul tidak membahagiakan, tentu mereka akan menjadi yang pertama meninggalkan risalah Tuhan. Faktanya tidak demikian, para utusan itu justru sangat bahagia, optimis, dan terobsesi untuk menyelamatkan kehidupan umat manusia.
 Lantas, apa dan bagaimana cara yang mesti ditempuh agar kita bisa mencapai kebahagiaan sepanjnag hari dalam kehidupan dunia ini?

Pertama, Shalat
  Hingga kini, sebagian besar dari umat ini masih banyak yang enjoy meninggalkan kebutuhan hakikinya ini (shalat). Padahal, Nabi tidak pernah main-main dalam masalah shalat. Satu diantara sebab mengapa tidak sedikit orang yang meninggalkan shalat tidak lain karena anggapan mereka bahwa shalat itu beban, tidak enak dan paling nyata lemah iman, sehingga malas mendirikan shalat.
  Pada hakikatnya shalat itu adalah jalan terbaik setiap Muslim sampai pada ketenangan dan kebahagiaan.

Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku. (QS. Thaha : 14).

Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. (QS. Ar-Ra’du : 28).

  Hal ini menunjukkan bahwa shalat itu penting dan amat dibutuhkan oleh setiap Muslim. Pantas Rasulullah amat mendorong umatnya untuk memperhatikan tiang agama ini (shalat).
  Adalah ilustrasi menarik ketika di media sosial ada sebuah motivasi yang mengatakan bahwa saat sendi-sendi tubuh ini lelah, maka Allah memanggil kita dengan janji atau seruan yang sangat menggugah,
“Hayya alash shalat, hayya alal falah.” Artinya, “Mari dirikan shalat, mari menuju kemenangan.”
 Dengan kata lain, siapa meninggalkan shalat, ia bukan saja merobohkan agama, tetapi juga terjerembab dalam kekalahan, kegelisahan, dan kesengsaraan.
  Kemudian, logika sederhananya, kalau dipanggil kekasih hati sangat luar biasa senang, mengapa tidak demikian saat yang memanggil hati ini adalah pencipta diri sendiri? Shalat adalah panggilan Allah kepada setiap insan beriman untuk mengadu, bersandar, memohon dan berharap sepenuh hati hanya kepada-Nya.
  Mulai sekarang, berusahalah! Kemudian konsistenlah dalam mendirikan shalat! Sebab, jika Allah menempatkan shalat sebagai amal pertama yang akan dihisab, berarti tidak akan ada jaminan kebahagiaan bila hingga kini hati masih malas mendirikan shalat secara berjamaah dan tepat waktu.
  Dan, tidak kalah menarik adalah, shalat itu bisa menjauhkan hati ini dari berbuat keji dan munkar.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. (QS. Al-Ankabut : 45).

 Dengan demikian, jika benar-benar mendamba kebahagiaan hidup sehari-hari, jangan sekali-kali nyaman meninggalkan shalat meski hanya satu kali. Sebab, sekali ditinggal, hati manusia tidak akan pernah bebas dari gangguan setan yang mendorong hati untuk berani melakukan perbuatan-perbuatan keji dan munkar.

Kedua, Membaca al-Qur,an
  Al-Qur’an itu bukan sekadar bacaan, tetapi juga obat, penenang dan solusi jika benar-benar diresapi, dimaknai dan diamalkan. Misalnya, kala hati terserang malas, maka saat hati kita membaca dengan sebaik-baiknya ayat berikut ini,

(Allah-lah) yang menciptakan kematian dan kehidupan supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang paling baik amalannya dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk : 2).

  Membaca ayat tersebut tentu akan mendorong hati untuk terus on fire dalam mengisi hari demi hari, sehingga tidak sempat rasa malas, rasa kesal terlalu lama bersemayam di dalam hati. Selalu ada target kebaikan yang ingin diraih dari waktu ke waktu sepanjang hari.
  Oleh karena itu, mengahadirkan hati ketika membaca al-Qur’an akan sangat membantu hati kita merasakan kenikmatan dan kebahagiaan luar biasa. Sehingga senantiasa ada rasa rindu, rasa takjub dan rasa bersalah jika tidak membaca al-Qur’an dengan sepenuh hati.
  Bahkan, dalam beberapa kesempatan, jika memang memungkinkan meminta sahabat yang baik bacaan Qur’annya untuk kita itu akan jauh lebih mengesankan, karena Nabi tidak jarang juga meminta Ibn Mas’ud membacakan al-Qur’an untuk beliau.

Rasulullah SAW berkata kepadaku, “Bacakanlah kepadaku al-Qur’an.” Ibn Mas’ud berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah saya akan membacakannya kepadamu sementara ia diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab, “Aku senang mendengarnya dari orang selain diriku.” Maka aku pun membacakan surat an-Nisaa’, ketika sampai pada ayat (yang artinya), “Bagaimanakah jika (pada hari kiamat nanti) Kami datangkan dari setiap umat seorang saksi, dan kami datangkan engkau sebagai saksi atas mereka. (QS. An-Nisaa’ : 41). Aku angkat kepalaku, atau ada seseorang dari samping yang memegangku sehingga aku pun mengangkat kepalaku, ternyata aku melihat air mata beliau mengalir. (HR. Bukhari & Muslim).

Ketiga, Sedekah
  Sedekah ini manfaatnya luar biasa. Mari perhatikan ayat Allah ini.

Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri, dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridoan Allah, dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dirugikan. (QS. Al-Baqarah : 272).

  Setidaknya ada beberapa manfaat langsung yang tentu akan membahagiakan hati kala diamalkan. Pertama, pahala untuk diri sendiri langsung dari Allah. Kedua, diberikan pahala yang cukup. Ketiga, kita akan mendapat keuntungan, kemenangan dan kebahagiaan. Karena sedekah tidak akan merugikan sama sekali.
  Dengan demikian mari berlatih untuk senantiasa bersedekah. Karena sedekah tidak semata soal pahala, tetapi juga ketenangan jiwa. Sebagaimana ketika pohon apel misalnya, berbuah, pasti menyenangkan hati. Seperti itulah sedekah menjadi buah dari keimanan. Semakin banyak dan ikhlas dalam sedekah, semakin kuat keimanan dalam hati.
  Semoga tiga amalan ini dapat kita biasakan dalam keseharian kita, sehingga kita tidak sempat menjadi pribadi yang sering murung, lemah semangat, lemas dan tidak bersemangat dalam menguatkan dan menyuburkan iman yang akan menjadi penyelamat kehidupan dunia-akhirat kita sendiri.


Sumber : hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar